Sistempengering menggunakan energi terbaharukan. dibuat dari produk anak bangsa PT Impack Pratama Industri Tbk, yang bekerja sama dengan Covestro dalam IB

Pandemi yang Terjadi Tidak Memadamkan Semangat Mahasiswa UGM untuk Mengabdi kepada NegeriDesain Solar Dryer Dome yang dibuat oleh mahasiswa khususnya padi merupakan komoditas utama Desa Wonowoso, yakni sebuah desa yang terletak di Kecamatan Karangtengah, Kabupaten Demak, Provinsi Jawa Tengah. Luas area persawahan Desa Wonowoso yaitu 168 ha 72%, sedangkan luas area tanah keringnya yaitu 65 ha 28% [1]. Di Desa Wonowoso sendiri terdapat bantuan alat pengering padi, tetapi belum bisa digunakan karena kapasitas panen yang belum mencukupi batas penggunaan alat tersebut, yakni 10 ton. Oleh karena itu, proses pengeringan padi di Desa Wonowoso masih dilakukan secara konvensional, yakni dengan memanfaatkan panas matahari yang dilakukan di lahan kosong, seperti di jalanan, halaman rumah, lapangan, dan lain-lain. Cara tersebut merupakan cara yang kurang efektif dan efisien. Lebih lanjut, di Desa Wonowoso juga terdapat usaha intip goreng dan kerupuk yang memerlukan panas matahari untuk proses dari permasalahan tersebut, Dawam Faizul Amal yang merupakan salah satu mahasiswa peserta KKN-PPM UGM Kuliah Kerja Nyata-Pembelajaran dan Pemberdayaan Masyarakat Universitas Gadjah Mada Periode 2 Tahun 2021 yang melaksanakan KKN di Kecamatan Karangtengah, khususnya Desa Wonowoso, melaksanakan program kerja “Perancangan Teknologi Pengering Solar Dryer Dome untuk Mengeringkan Hasil Pertanian dan Olahan Usaha Masyarakat”. Program kerja tersebut yaitu berupa perancangan desain Solar Dryer Dome untuk mengeringkan hasil pertanian, seperti padi yang merupakan komoditas utama Desa Wonowoso. Selain itu, Solar Dryer Dome juga dapat digunakan untuk mengeringkan hasil olahan usaha masyarakat, seperti kerupuk dan intip goreng. Perancangan dilakukan dengan menggunakan perangkat lunak SketchUp dan dilakukan dengan serinci mungkin sehingga menjadi mudah untuk Dryer Dome sendiri merupakan suatu teknologi yang berfungsi untuk mengeringkan hasil pertanian dengan memanfaatkan panas matahari. Penutup kubah Solar Dryer Dome terbuat dari bahan polycarbonate yang mampu bertahan hingga 10 tahun. Penutup berbahan polycarbonate tersebut dapat melindungi produk dari bahaya sinar ultraviolet yang dapat merusak warna, komponen kimia, dan aroma produk [2]. Solar Dryer Dome sendiri pertama kali ditemukan oleh Prof. Dr. Serm Janjai dari Universitas Silpakorn di Thailand. Dengan menggunakan Solar Dryer Dome, hasil panen dapat meningkat hingga 45% sehingga hal tersebut dapat meningkatkan tarap hidup petani secara signifikan [2].Solar Dryer Dome sangat bermanfaat untuk mengeringkan produk hasil pertanian karena dapat meningkatkan suhu di dalamnya hingga 100%. Peningkatan suhu tersebut dapat mempersingkat proses pengeringan secara signifikan. Selain itu, Solar Dryer Dome juga dirancang dengan beberapa exhaust fan yang berguna untuk menjaga kelembaban di dalam Solar Dryer Dome agar tetap kering sehingga proses pengeringan dapat bekerja secara beberapa alasan utama kenapa harus menggunakan Solar Dryer Dome, di antaranya yaitu 1 permasalahan pada sistem pengeringan tradisional, seperti produk yang dapat terkontaminasi debu dan kotoran, produk dapat menjadi rusak akibat ulah hewan, warna asli produk yang dikeringkan berubah banyak, faktor cuaca yang mengganggu proses pengeringan, serta sekitar 40% dari hasil panen menjadi cacat/busuk saat sedang dalam proses pengeringan; 2 manfaat luar biasa dari Solar Dryer Dome, seperti dapat mempersingkat waktu pengeringan, tahan terhadap cuaca, kerugian yang terjadi bisa dikurangi hingga 50%, produk menjadi lebih bersih, kualitas produk yang jauh lebih baik, dapat mempertahankan 80-95% nutrisi, suhu yang dapat disesuaikan, serta dapat menciptakan nilai lebih; dan 3 waktu pengeringan yang cepat jika dibandingkan dengan sistem pengeringan tradisional, bahkan bisa bersaing dengan alat pengering oven [3].Perbandingan waktu pengeringan Solar Dryer Dome dengan waktu pengeringan secara tradisional dan dengan oven [3].Solar Dryer Dome memiliki kapasitas yang bervariasi, mulai dari ukuran 8 x 6,2 m dengan kapasitas 200-300 kg, ukuran 8 x 12 m dengan kapasitas 400-600 kg, ukuran 8 x 20 m dengan kapasitas 1000 kg, dan ukuran 8 x 27 m dengan kapasitas 1500 kg. Produk yang dapat dikeringkan di antaranya yaitu sayur mayur, buah-buahan, ikan, udang, dan lain sebagainya [3]. Ukuran Solar Dryer Dome yang dirancang oleh mahasiswa UGM yaitu 8 x 6,2 x 3,75 m dengan kapasitas 200 - 300 kg. Solar Dryer Dome dirancang dalam dua bentuk, yakni Solar Dryer Dome untuk mengeringkan padi tanpa wadah pengering dan Solar Dryer Dome untuk mengeringkan kerupuk, intip goreng, dan sejenisnya dengan wadah pengering.Ukuran dan kapasitas Solar Dryer Dome [3].Desain Solar Dryer Dome yang dirancang oleh mahasiswa Solar Dryer Dome beserta yang diperlukan untuk mendirikan Solar Dryer Dome di antaranya yaitu panel surya 450 Wp sebanyak satu buah, baterai 12V 200AH sebanyak empat buah, controller 20A sebanyak satu buah, exhaust fan ukuran 8 in, 30W sebanyak 4 buah, dan inverter 220V sebanyak satu buah. Selain itu, dibutuhkan pipa besi hitam SCH40 1 in sepanjang 152 m, material polycarbonate 132 m², besi hollow 35 x 35 x 0,3 mm sepanjang 122 m, jaring kawat seluas 24 m², kabel 30 m, dan roda-roda wadah pengering sebanyak 92 kerja "Perancangan Teknologi Pengering Solar Dryer Dome untuk Mengeringkan Hasil Pertanian dan Olahan Usaha Masyarakat" dilaksanakan melalui proses yang panjang dan berliku, di mana selain dilakukan perancangan secara detail, desain yang dihasilkan juga dituangkan dalam bentuk poster, booklet, video, dan juga artikel. Pelaksana program kerja, Dawam Faizul Amal, mengatakan bahwa jumlah program kerjanya yaitu sebanyak empat buah program kerja di mana masing-masing program kerja memiliki luaran yang sama, yakni booklet, poster, artikel, dan juga video. Oleh karena itu, manajemen waktu menjadi tantangan yang luar biasa di mana harus membagi waktu untuk membuat 16 luaran program kerja serta agenda-agenda KKN lainnya yang memenuhi timeline setiap pengabdian melalui program KKN-PPM UGM ini merupakan perjalanan yang sangat mengesankan dan perjalanan yang tak akan pernah terlupakan. Ada banyak hikmah dan pelajaran yang dapat diambil dari perjalanan pengabdian ini, khususnya pengabdian di tanah wali Kabupaten Demak. Pelaksana program kerja berharap jika perancangan yang telah dilakukan dapat memberikan pengetahuan kepada masyarakat terkait desain perancangan teknologi pengering Solar Dryer Dome yang dapat membantu dalam mengeringkan hasil pertanian dan hasil olahan usaha masyarakat yang membutuhkan proses penjemuran. Selain itu, desain yang dirancang juga diharapkan dapat menjadi acuan bagi desa dalam pembuatan Solar Dryer Dome yang kaya akan manfaat sehingga diharapkan sektor pertanian dan UMKM desa menjadi semakin maju dan masyarakat desa menjadi semakin sejahtera.[1] BPS Kabupaten Demak, Kecamatan Karang Tengah dalam Angka 2019, Demak Badan Pusat Statistik Kabupaten Demak, 2019.[2] Teknovasi Sukses Mandiri, “Solar Dryer Dome,” [Online]. Available [Diakses 19 Juli 2021].[3] PT Impack Pratama Industri Tbk, Solar Dryer Dome, Jakarta PT Impack Pratama Industri Tbk.

PembangunanSolar Dryer Dome Nama Paket: Pembangunan Solar Dryer Dome: Unit: LPSE Provinsi Jawa Barat: Pagu: Rp. ,00 (2,0 M) Tanggal: 07-Juni-2022 s/d 15-Juni-2022: Metode: Tender - Pascakualifikasi Satu File - Harga Terendah Sistem Gugur: Lokasi Pekerjaan: Desa Panyindangan Kec. Cisompet, Desa Mekarmukti Kec. Cibalong, Desa
Petani kopi di Dusun Ngarip Induk, Pekon Ngarip, Kecamatan Ulu Belu, Kabupaten Tanggamus, Lampung, kini memiliki alat pengering kopi bersumber tenaga matahari. Alat bernama solar dryer dome coffee ini berbentuk seperti kubah yang 100 persen energinya bersumber dari matahari. Dengan alat ini, kopi dapat kering dalam waktu 10 hari. Sebelumnya, masyarakat mengandalkan sinar matahari saja sehinga pengeringan kopi berlangsung hingga satu bulan. Kopi yang dijemur biasanya dijual petani Ulu Belu dengan harga antara – per kilogram. Sementara, dengan solar dryer dome harga jualnya meningkat hingga – per kilogram. Jam menunjukkan pukul empat sore WIB. Kabut disertai rintik hujan kecil mulai menyelimuti rumah Sugeng Widodo [44] di Dusun Ngarip Induk, Pekon Ngarip, Kecamatan Ulu Belu, Kabupaten Tanggamus, Lampung, akhir Desember 2020 lalu. Jalan terjal, terdiri tanah dan batu dengan kemiringan sekitar 45 derajat, harus dilewati untuk sampai ke rumah Sugeng. Terkadang, hanya sepeda motor yang sudah dimodifikasi yang mampu mencapai kediamannya. Sugeng adalah petani kopi, namun ia menanam juga cabai, pisang, vanila, cengkih, dan durian. Dari hasil itu semua, lelaki ini mampu mencukupi kebutuhan keluarganya. Sore itu, Sugeng menyuguhkan kopi robusta hasil produksinya sendiri. Tercium aroma khasnya, nuansa gula aren. “Mau pakai gula atau tidak?,” tanya pria yang dipercaya menjadi Ketua Kelompok Tani Hutan [KTH] Margo Rukun, kepada saya. Sejak 2013, Sugeng mulai bertani kopi dengan teknik agroforestri di areal hutan kemasyarakatan [HKm]. Tergabung dalam KTH Margo Rukun, dia bersama petani kopi lainnya menggarap lahan seluas hektar. Kopi memang menjadi mata pencaharian utama bagi sebagian masyarakat di sini. Produksi rata-rata mencapai 800 kilogram hingga 1,2 ton per hektar. Kampung Sugeng, berada di ketinggian meter di atas permukaan laut [mdpl]. Curah hujan cukup tinggi. Hal itu sekaligus menjadi kendala petani untuk mengeringkan kopinya. Setiap kali panen, mayoritas petani menjemur di halaman rumah. Ada yang memakai terpal sebagai alas. Ada juga yang menggunakan para-para [rak penjemuran terbuat dari kayu atau bambu]. Menurut Sugeng, petani kopi di KTH Margo Rukun kerap kesulitan untuk mengeringkan kopi hasil panen. Energi panas yang bersumber dari matahari, masih menjadi tumpuan utama, namun, kopi lama kering karena sering hujan. “Biasanya bisa memakan waktu 25 – 30 hari,” katanya. Kondisi ini bisa berdampak pada menurunnya kualitas. “Kopi bisa rusak bila terlalu lama dijemur, apalagi terkena air hujan terus-menerus,” ujar Sugeng Baca Penjaga Bumi dari Lampung Barat Perhutanan sosial melalui skema hutan kemasyarakatan juga memberi dampak positif bagi kehidupan masyarakat di Register 45B, Pekon Tugusari, Kecamatan Sumber Jaya, Lampung Barat, Lampung. Foto Lutfi Yulisa Manfaatkan energi surya Marfuah [33], petani kopi anggota KTH Margo Rukun, juga mengaku kesulitan mengeringkan kopi hasil panennya. “Telat diangkat, kopi basah karena kehujanan,” katanya. Bahkan, kopi yang di jemur di atas tanah bisa berjamur. Beruntung bagi Marfuah dan kelompok tani hutan di desanya. Awal 2020, khusus KTH Margo Rukun dan Kelompok Simpan Usaha [KSU] Srikandi, mereka mendapat bantuan dua unit solar dryer dome coffee. Alat ini merupakan pengering kopi berbentuk seperti kubah yang 100 persen energinya bersumber dari matahari. Bantuan tersebut disalurkan oleh Ruko Kolaborasi [RuKo] -konsorsium pemberdayaan masyarakat dan lingkungan di Lampung- bekerja sama dengan WWF Indonesia melalui program Sustainable Renewable Energy [SRE]. “Dengan alat tersebut, kopi kering dalam waktu sepuluh hari,” ujar Marfuah. Baca Kopi Agroforestri, Cara Merawat Hutan Lampung Barat Inilah bentuk solar dryer dome coffee, tempat pengeringan biji kopi. Foto Derri Nugraha Alat ini menggunakan bahan polikarbonat sebagai dinding kubah. Bahan yang dapat menyerap panas matahari cukup baik. Sehingga, kopi cepat kering. Alat ini tentunya memanfaatkan panel surya untuk menyimpan energi matahari. Energi yang tersimpan digunakan untuk proses pengeringan pada malam hari, menggunakan panas dari cahaya lampu. Sehingga, pengeringan langsung 24 jam. Menurut pegiat RuKo, Zulfaldi, alat pengering kopi tenaga surya itu merupakan implementasi dari energi baru terbarukan. “Pada Januari 2020, ada pertemuan berbagai elemen yang bergerak di bidang energi terbarukan di Indonesia, berlangsung di Bogor. Hasil pertemuan itu muncul ide implementasi energi terbarukan dan RuKo memilih solar dryer dome coffee,” katanya. Selain itu, dome dinilai mampu meningkatkan kualitas kopi karena mempersingkat proses pengeringan. Zulfaldi berharap, kubah pengering kopi dapat menjadi model pengembangan produksi kopi di Lampung. “Semoga alat ini mendapat dukungan berbagai pihak,” ujarnya. Pengeringan biji kopi di dalam dome saat malam hari. Foto Dok. Sugeng Tingkatkan kualitas Penyerapan panas yang maksimal melalui alat tersebut, membuat kopi yang dijemur kering merata. Dome juga memiliki sensor suhu dan blower angin. Saat suhu melebihi batas pengeringan, antara 45 sampai 50 derajat Celcius, blower otomatis hidup untuk mengurangi intensitas panas. Menurut Tugino [54], kopi yang dijemur dengan dome memiliki aroma dan warna berbeda dibandingkan bila dijemur di atas tanah. “Kalau dijemur biasa warnanya kepucatan, serta menyengat bau tanah. Menggunakan dome, warnanya kuning mengkilat, muncul aroma khas kopi Ulu Belu, seperti bau gula aren,” terangnya. Seiring meningkatnya kualitas, harga jual kopi pun naik. Tugino mengatakan, kopi yang dijemur biasa harganya antara – per kilogram. Sementara dengan dome harganya mencapai – per kilogram. “Petani mulai pintar, mengaplikasikan kopi petik merah untuk dijemur di dome,” katanya. Tugino berharap, alat ini dapat dikembangkan di Lampung. “Kami sangat terbantu, terlebih menggunakan energi matahari yang ramah lingkungan,” paparnya. Biji kopi yang dikeringkan dalam dome, terlihat cerah. Foto Derri Nugraha Produksi Sugeng bersama anggota KTH Margo Rukun, melalui Kelompok Usaha Perhutanan Sosial [KUPS] pun telah memproduksi bubuk kopi dengan merek dagang “Kopi Hutan Lampung”. Tetu saja, teknik panen yang digunakan adalah petik merah yang lalu dikeringkan dalam dome. “Bahan bakunya selain punya sendiri, juga dari anggota.” Produk ini dipasarkan tidak hanya di Lampung tapi juga ke Jakarta, Tanggerang, Semarang, Bali, juga Medan. Harga jualnya per kemasan 200 gram. Untuk saat ini, produksi bubuk kopi baru sekitar 40-60 kilogram per bulan. “Kalau peningkatan produksi itu bisa. Namun, saat ini memperluas jaringan pemasaran dengan tetap mempertahankan kualitas produk, jauh lebih penting,” terang Sugeng. Produk bubuk kopi robusta hasil produksi Sugeng dan anggota KUPS [Kelompok Usaha Perhutanan Sosial]. Foto Derri Nugraha Dorong teknik agroforestri Ulu Belu dan sekitar, merupakan daerah hutan lindung yang lokasinya di wilayah hulu, sehingga kondisinya akan berpengaruh terhadap daerah hilir. Oleh sebab itu, agar kondisi hutan tetap terjaga, Dinas Kehutanan [Dishut] Provinsi Lampung mendorong petani setempat agar menerapkan budidaya kopi dengan teknik agroforestri. Teknik ini menggabungkan kopi dengan tanaman lain sebagai naungan, untuk menjaga fungsi hutan. Biasanya, menerapkan penanaman pohon dengan strata tajuk, mulai dari tajuk tinggi, sedang, dan rendah. “ Memang menjadi tantangan tersendiri bagi kami untuk mendorong petani menerapkan cara ini,” ujar Kepala Dinas Kehutanan, Yanyan Ruchyansyah. Menurut mantan kepala Kesatuan Pengelolaan Hutan [KPH] Batutegi itu, pihaknya mendorong petani di Ulu Belu untuk meningkatkan kualitas kopi. “ Jadi, fokus utama kami adalah peningkatan kualitas. Berapapun jumlah produksinya yang penting nilainya tinggi,” katanya. Selain menjaga fungsi hutan, penerapan agroforestri juga dapat menambah penghasilan bagi petani kopi. “Dengan teknik ini, harapannya petani bisa mendapat penghasilan tambahan dari tanaman lain. Sehingga, tidak ada lagi masa paceklik,” ujar Yanyan. * Derri Nugraha, jurnalis lepas yang minat pada persoalan lingkungan di Lampung. Aktif di AJI Bandar Lampung Artikel yang diterbitkan oleh
SolarDryer modifikasi energi alternatif, untuk menggantikan energi sinar matahari digunakan energi berupa panas dari kompor. harapan dalam aplikasinya nanti nelayan mampu menghemat dari sisi harga. Kedua, bahan yang ringan memudahkan dalam pengoperasian alat itu sendiri, misalnya jika ingin dipindah-pindah atau dibawa ke tempat lain.
Laporan Zubir Langsa LANGSA - Tim Pengabdian Universitas Samudra Unsam Langsa memanfaatkan Solar Dryer Dome Teknologi sebagai pengering bawang merah di Desa Suka Jadi, Kecamatan Banda Mulia, Aceh Tamiang. Kegiatan mengangkat tema "Pengabdian Kepada Masyarakat Program Pengembangan Iptek Bagi Masyarakat" ini diketuai oleh Syamsul Bahri, SP. MP, anggota Murdhiani, STP., MP dan Maria Heviyanti, Ketua Tim Pengabdian, Syamsul Bahri, kepada Senin 6/9/2021, menyebutkan, bawang merah Allium ascalonicum. L. adalah salah satu komoditas hortikultura yang cukup potensial dan diperkirakan dapat dikembangkan sebagai satu komoditas unggul. Selama ini di wilayah Kecamatan Banda Mulia merupakan daerah di Kabupaten Aceh Tamiang yang menjadi sentra budidaya tanaman bawang merah. Baca juga Jangan Terlalu Sering! Ini Bahaya Minum Air Es pada Tubuh, dr Zaidul Akbar Ungkap Efek Buruknya Penanganan pasca panen yang banyak dilakukan oleh para petani pada umumnya masih secara sederhana/tradisional. Caranya adalah umbi bawang disebarkan di tempat bebas menerima sinar matahari dengan alas terpal atau dibuatkan para-para pakai bambu. "Cara ini dianggap paling murah dan dapat diterapkan secara luas, namun ada beberapa kendala antara lain dapat menurunkan mutu dan meningkatkan kehilangan produksi," ujarnya. Syamsul menambahkan, untuk pengeringan dengan prinsip penjemuran perlu ditingkatkan dengan memanfaatkan teknologi. Baca juga Selain Benjolan, Ini 8 Ciri-Ciri Lain Kanker Payudara yang Jarang Disadari Kaum Wanita Metode pengeringan adalah salah satu tahapan umum dalam memperpanjang umur simpan shelf life produk pangan. Maka, Solar Dryer adalah salah satu jenis alat pengering yang telah banyak digunakan oleh home industry. Penggunaan alat ini dikatakan sangat ekonomis karena menggunakan tenaga matahari langsung dan tidak menggunakan listrik. Walaupun ada beberapa solar dryer yang menggunakan kipas sebagai penghantar panas dari solar collector. "Solar dryer sangat direkomendasikan untuk pengeringan dalam skala home industry dikarenakan alat yang ekonomis dan higienis," sebutnya. Baca juga dr Zaidul Akbar Ungkap Bahaya Minum Saat Makan, Kapankah Waktu yang Tepat? Dapatkaninformasi lengkap mengenai harga, spesifikasi ukuran dan fitur Solar Dryer Dome.

Jakarta - Pengeringan banyak dilakukan pada olahan pertanian seperti produk hortikultura dengan mengandalkan sinar matahari. Meskipun metode murah, namun produk yang dikeringkan seringkali mengalami kerusakan besar yang disebabkan hujan, serangga, burung, dan di bawah Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo, Kementan selalu berusaha merancang program yang berpihak kepada petani, termasuk petani hortikultura. Tercatat sejak 2019, Kementan memfasilitasi bangunan pengering solar dryer dome kepada pelaku usaha pengolahan yang selama ini masih menggunakan metode pengeringan metode tradisional tersebut seperti pengeringan di lahan kosong, maupun di pinggir jalan dekat hunian petani. Tujuan pemberian bantuan ini supaya pelaku olahan hortikultura tidak lagi menghadapi tantangan kontaminasi dari debu, air hujan dan cahaya ultraviolet pada hasil olahannya. Direktur Pengolahan dan Pemasaran Hasil Hortikultura, Bambang Sugiharto mengingatkan petani dalam menghasilkan produk yang kering perlu menjaga kualitas dan higienitas produk."Bantuan bangunan pengering tenaga matahari ini akan terus digenjot agar para petani/pelaku usaha hortikultura dapat menghasilkan produk yang berkualitas dan dapat dijual sampai ke luar negeri," ujar Bambang dalam keterangan tertulis, Sabtu 15/5/2021.Hal tersebut disampaikan Bambang dalam webinar Teknologi Pengolahan Hasil Hortikultura Sistem Pengeringan Dengan Tenaga Matahari Solar Dryer Dome yang dilaksanakan beberapa waktu lalu. Dalam kegiatan itu Bambang juga mengenalkan solar dryer dome berikut pemanfaatannya kepada para petani maupun pelaku usaha itu salah satu narasumber pada webinar ini, Mentari Sanda menjelaskan solar dryer dome merupakan pengeringan menggunakan tenaga matahari, bukan dengan tenaga listrik. Sistem pengeringannya menggunakan bahan polycarbonate yang mampu bertahan 10 hingga 30 tahun."Solar dryer dome ini sangat membantu petani/pelaku usaha karena proses pengeringannya lebih mudah," ujar MentariPetani, kata Mentari, disarankan untuk memasukkan produk ke dalam dome di pagi hari kemudian sinar matahari akan masuk dan terserap panasnya ke dalam. Lantai dome terbuat dari beton / semen sehingga suhu panasnya merata dan tidak bocor."Keuntungan menggunakan dome dibanding pengeringan tradisional adalah pengeringan menjadi dua kali lebih cepat. Selain itu pada saat malam hari petani tidak perlu mengeluarkan produknya dari dome, produk menjadi lebih hygiene dan terhindar dari serangga," satu Petani hortikultura asal Karangasem - Bali, Mandi membagikan pengalamannya melakukan pengeringan menggunakan solar dryer dome. Menurutnya pengeringan dengan solar dryer dome sangat membantu sekali dalam mengeringkan cabai Bali yang ia panen."Saya panen waktu mendung dan langsung dimasukkan ke dalam solar dryer dome, hasilnya cabai kering sampai bagian dalam, cabai tidak berjamur dan warna masih merah," ujar Mandi, salah satu narasumber Lisda S Damanik menuturkan Mandi sangat senang karena terbantu dengan prasarana ini. Dulunya Mandi membutuhkan waktu 7-10 hari untuk mengeringkan cabai, itu pun ada yang busuk dan terbuang."Setelah menggunakan solar dryer dome pengeringan hanya butuh waktu kurang dari 5 hari dan dengan tingkat kekeringan 90-100%. Hasilnya bisa dimanfaatkan karena semua tidak ada yang busuk maupun terbuang," ujar juga menekankan polycarbonate pada solar dryer dome sangat berperan penting untuk menjaga mutu hasil hortikultura yang dikeringkan."Keunggulan solar dryer dome ini umur produk lebih lama, aroma produk tetap kuat, rasa produk tidak hilang dan yang paling penting mutu berkualitas," sisi lain, Koordinator Pengolahan Hasil Hortikultura, Diah Ismayaningrum menekankan kepada para peserta webinar untuk selalu mengupayakan produk yang dihasilkan dalam keadaaan hygiene sewaktu melakukan pengeringan produk."Sangat dianjurkan sekali agar mengeringkan dengan menggunakan solar dryer dome supaya bapak/ibu tidak perlu lagi menjemur hasil olahannya di lantai. Sesuai dengan kaidah Good Manufacturing Practices GMP bahwa dalam pengolahan produk hasil hortikultura harus food grade dan aman dikonsumsi sehingga ketika hasil panen tersebut diolah rasanya tidak banyak berubah dan warna tetap terlihat bagus," ujar STIP-YAPI Bone, Andi menambahkan peserta webinar kali ini memberikan banyak apresiasi kepada panitia penyelenggara, mulai dari petani, pelaku usaha hingga pakar akademisi."Sebagai pelaku dan sedang merintis usaha pengolahan hortikultura, kegiatan ini sangat bermanfaat agar kita sebagai pelaku UMKM dalam mengeringkan hasil hortikultura tidak bergantung pada energi listrik. Kegiatan ini sangat menunjang aktivitas kami, semoga nanti ada kegiatan-kegiatan seperti ini berikutnya dan saya bisa bergantung," tandasnya. akn/ega

Penggunaanteknologi Solar Dryer Dome dianggap solusi masalah pengeringan. Penggunaan teknologi Solar Dryer Dome dianggap solusi masalah pengeringan. REPUBLIKA.ID; REPUBLIKA TV; GERAI; IHRAM; Thursday, 28 Sya'ban 1443 / 31 March 2022. Menu. HOME; NEWS Politik; Hukum; Pendidikan; Umum; News Analysis MONITOR, Bandung – Siapa yang tidak kenal dengan Ciwidey? Ciwidey merupakan nama desa sekaligus kecamatan di Kabupaten Bandung Provinsi Jawa Barat yang terkenal dengan wisata Kawah Putih. Daerah ini memiliki struktur tanah yang sesuai dengan budidaya tanaman hortikultura khususnya cabai dan bawang. Cakrawati, Kasi PPHH Dinas Pertanian Provinsi Jawa Barat menyampaikan bahwa pengembangan kawasan cabai terus dilakukan terutama pada sentra – sentra produksi utama yaitu di Kabupaten Bandung, Garut, Tasikmalaya, Majalengka dan Sukabumi. “Produksi cabai di Provinsi Jawa Barat terus mengalami peningkatan dari 2015 sebanyak menjadi ton pada 2017. Sejalan dengan pengembangan kawasan di kawasan tersebut juga dikembangkan olahan cabai untuk meningkatkan nilai tambah,” ujar Cakrawati. Direktorat Jenderal Hortikultura melalui Dinas Pertanian Provinsi Jawa Barat telah memfasilitasi pembangunan _Solar Dryer Dome_ SDD atau teknologi pengering cabai menggunakan cahaya matahari kepada Kelompok Tani Hataki di Desa Cobodas Kecamatan Pasir Jambu, Kabupaten Bandung Provinsi Jawa Advertisement - Keberhasilan pembangunan ini merupakan berkat kerja sama yang baik antara Dinas Pertanian Kabupaten Bandung dengan Kelompok tani penerima. Petani Cabai Ciwidey “Kerja sama ini juga disertai motivasi dan komitmen petani cabai yang tinggi. Kelompok tani ini sudah lama mendambakan teknologi SDD ini,” tambah Cakrawati. Teknologi SDD merupakan salah satu solusi pengeringan tradisional menggunakan sinar matahari. Keuntungannya, dapat mempersingkat waktu pengeringan cabai yang biasanya delapan hari menggunakan oven, menjadi empat hari menggunakan SDD. Keuntungan lainnya, lanjut Cakrawati, produk menjadi lebih bersih, higienis, kualitas produksi jauh lebih baik dalam mempertahankan warna, kulit, dan rasa aslinya. Media ini memiliki suhu 60 C dan jumlah kapasitas pengeringan yang besar yaitu sampai 800 kg. Teknologi SDD untuk petani cabai Bandung merupakan langkah awal penerapan teknologi pengeringan cabai di Indonesia. “Keberadaan teknologi pengering cabai ini menjadi solusi buat petani cabai pada saat panen raya dan harga cabai murah sehingga dapat dilakukan pengeringan secara dini dapat disimpan waktu lama,” ucap Samsuardi, Kasi Pengolahan Hasil Sayuran dan Tanaman Obat. Bandung merupakan daerah sentra produksi cabai kriting dan cabai rawit di Provinsi Jawa Barat. Daerah penghasil cabai berada di Kecamatan Pengalengan, Ciwiday, Pasir Jambu, Pacet, Ibun dan Paseh. Pada 2018 produksi cabai sebanyak kuintal untuk cabai merah dan kuintal untuk cabai rawit. Felly Fitriani, Kasi Sayuran Dinas Pertanian Kab Bandung mengatakan, “Fasilitasi teknologi SDD sangat membantu petani cabai dikarenakan pada saat panen raya dan harga cabai murah maka petani tidak mau panen cabai karena biaya panen lebih tinggi dari biaya produksi. Berkat teknologi, petani tidak khawatir lagi datang saat panen raya.” Felly bercerita bahwa pernah harga cabai jatuh hingga Rp 4 ribu per kg. Saat – saat seperti inilah, ujar Felly, kelompok tani bisa dapat langsung menerapkan teknologi ini untuk pengeringan, termasuk komoditas hortikultura lainnya. Nandang, anggota Kelompok Tani Hataki Desa Cobodas, Kecamatan Pasir Jambu Kabupaten Bandung merasa senang menerima bantuan ini. “Teknologi pengering ini dapat memperpanjang usaha kelompok di bidang pengolahan cabai karena selama ini masih terbatas pada budidaya. Kadang tidak tertolong pada saat harga cabai murah,” ujar Nandang. Cabai keriting yang telah dikeringkan masih menghasilkan bubuk cabai berkualitas. Warna cabai, kata Nandang, tetap merah dan tidak terjadi perubahan warna. Waktu simpan sampai enam bulan dengan tingkat penyusutan 70 persen dari cabai basah. Nandang bercerita, produk bubuk cabai yang dihasilkan sementara ini masih dalam penjajakan masuk ke restoran Thailand di Jakarta melalui perantara mahasiswa ITB magang di sini dan sudah membawa sampelnya. “Selain teknologi Solar Dryer Dome digunakan untuk pengeringan cabai, ke depan akan dimanfaatkan untuk pengeringan komoditas pertanian lainnya karena Ciwidey merupakan sentra hortikultura,” ujar Diah Ismayaningrum, Kasubdit Pengolahan Hortikultura. - Advertisement -
Lebihlanjut Ia bercerita bahwa pernah harga cabai jatuh hingga Rp4 ribu per kg. Saat-saat seperti inilah, ujarnya kelompok tani bisa dapat langsung menerapkan teknologi ini untuk pengeringan, termasuk komoditas hortikultura lainnya.
Ciwidey - Siapa yang tidak kenal dengan Ciwidey? Ciwidey merupakan nama desa sekaligus kecamatan di Kabupaten Bandung Provinsi Jawa Barat yang terkenal dengan wisata Kawah Putih. Daerah ini memiliki struktur tanah yang sesuai dengan budidaya tanaman hortikultura khususnya cabai dan bawang. Cakrawati, Kasi PPHH Dinas Pertanian Provinsi Jawa Barat menyampaikan bahwa pengembangan kawasan cabai terus dilakukan terutama pada sentra - sentra produksi utama yaitu di Kabupaten Bandung, Garut, Tasikmalaya, Majalengka dan Sukabumi. "Produksi cabai di Provinsi Jawa Barat terus mengalami peningkatan dari 2015 sebanyak menjadi ton pada 2017. Sejalan dengan pengembangan kawasan di kawasan tersebut juga dikembangkan olahan cabai untuk meningkatkan nilai tambah," ujar Cakrawati. Direktorat Jenderal Hortikultura melalui Dinas Pertanian Provinsi Jawa Barat telah memfasilitasi pembangunan Solar Dryer Dome SDD atau teknologi pengering cabai menggunakan cahaya matahari kepada Kelompok Tani Hataki di Desa Cobodas Kecamatan Pasir Jambu, Kabupaten Bandung Provinsi Jawa Barat. Keberhasilan pembangunan ini merupakan berkat kerja sama yang baik antara Dinas Pertanian Kabupaten Bandung dengan Kelompok tani penerima. "Kerja sama ini juga disertai motivasi dan komitmen petani cabai yang tinggi. Kelompok tani ini sudah lama mendambakan teknologi SDD ini," tambah Cakrawati. Teknologi SDD merupakan salah satu solusi pengeringan tradisional menggunakan sinar matahari. Keuntungannya, dapat mempersingkat waktu pengeringan cabai yang biasanya delapan hari menggunakan oven, menjadi empat hari menggunakan SDD. Keuntungan lainnya, lanjut Cakrawati, produk menjadi lebih bersih, higienis, kualitas produksi jauh lebih baik dalam mempertahankan warna, kulit, dan rasa aslinya. Media ini memiliki suhu 60 C dan jumlah kapasitas pengeringan yang besar yaitu sampai 800 kg. Teknologi SDD untuk petani cabai Bandung merupakan langkah awal penerapan teknologi pengeringan cabai di Indonesia. "Keberadaan teknologi pengering cabai ini menjadi solusi buat petani cabai pada saat panen raya dan harga cabai murah sehingga dapat dilakukan pengeringan secara dini dapat disimpan waktu lama," ucap Samsuardi, Kasi Pengolahan Hasil Sayuran dan Tanaman Obat. Bandung merupakan daerah sentra produksi cabai kriting dan cabai rawit di Provinsi Jawa Barat. Daerah penghasil cabai berada di Kecamatan Pengalengan, Ciwiday, Pasir Jambu, Pacet, Ibun dan Paseh. Pada 2018 produksi cabai sebanyak kuintal untuk cabai merah dan kuintal untuk cabai rawit. Felly Fitriani, Kasi Sayuran Dinas Pertanian Kab Bandung mengatakan, "Fasilitasi teknologi SDD sangat membantu petani cabai dikarenakan pada saat panen raya dan harga cabai murah maka petani tidak mau panen cabai karena biaya panen lebih tinggi dari biaya produksi. Berkat teknologi, petani tidak khawatir lagi datang saat panen raya." Felly bercerita bahwa pernah harga cabai jatuh hingga Rp 4 ribu per kg. Saat - saat seperti inilah, ujar Felly, kelompok tani bisa dapat langsung menerapkan teknologi ini untuk pengeringan, termasuk komoditas hortikultura lainnya. Nandang, anggota Kelompok Tani Hataki Desa Cobodas, Kecamatan Pasir Jambu Kabupaten Bandung merasa senang menerima bantuan ini. "Teknologi pengering ini dapat memperpanjang usaha kelompok di bidang pengolahan cabai karena selama ini masih terbatas pada budidaya. Kadang tidak tertolong pada saat harga cabai murah," ujar Nandang. Cabai keriting yang telah dikeringkan masih menghasilkan bubuk cabai berkualitas. Warna cabai, kata Nandang, tetap merah dan tidak terjadi perubahan warna. Waktu simpan sampai enam bulan dengan tingkat penyusutan 70 persen dari cabai basah. Nandang bercerita, produk bubuk cabai yang dihasilkan sementara ini masih dalam penjajakan masuk ke restoran Thailand di Jakarta melalui perantara mahasiswa ITB magang di sini dan sudah membawa sampelnya. "Selain teknologi Solar Dryer Dome digunakan untuk pengeringan cabai, ke depan akan dimanfaatkan untuk pengeringan komoditas pertanian lainnya karena Ciwidey merupakan sentra hortikultura," ujar Diah Ismayaningrum, Kasubdit Pengolahan Hortikultura. Teg
\n\n \n\n harga solar dryer dome
Solar Dryer Dome, teknologi pengeringan matahari dari Kementerian Pertanian (Kementan) mulai dirasakan manfaatnya oleh para petani. Salah satu petani yang merasakan manfaat penggunaan

Solar Dryer Dome adalah inovasi pengeringan hasil pertanian yang digunakan beberapa produk hortikultura. seperti cabai, jahe, rumput laut,dan lain dryer dome adalah alat alternatif metode hasil produksi pertanian lebih hemat energi. Alat ini adalah hasil penelitian dari Dr. Serm Janjai, seorang peneliti dari Silpakorn University Thailand. Solar dryer sendiri mempunyai bentuk seperti kubah dengan inkubator ruangan yang tertutup seperti green house, dan dilihat sekilas mirip dengan solar solar dryer yaitu, greenhouse sementara solar tunnel biasanya masih menggunakan PET untuk cover pada bangunan. Sedangkan solar dryer menggunakan bahan polycarbonate. Ketahanan dari polycarbonate yang mampu bertahan hingga 10 tahun menjadi pilihan yang bagus daripada bahan PET yang gampang sekali yang dilakukan didalam ruangan menggunakan Solar Dryer membuat semua proses pengeringan menjadi lebih higienis. Waktu pengeringan pun juga lebih efisien karena hanya memakan waktu sekitar 3-4 hari karena Solar Dryer Dome dilengkapi dengan sirkulasi petani yang mengeringkan produk hortikultura ini di luar ruangan memerlukan waktu hingga 7 hari. Artinya, dengan menggunakan Solar Dryer Dome akan dapat mempersingkat waktu Indonesia sendiri Solar Dryer Dome Technology ini telah banyak diterapkan di berbagai daerah seperti,di Alor, Sumbawa, dan KendalSolar Dryer Dome ini terbuat dari polikarbonat khusus dan bahan ini dapat memanaskan ruangan dua kali lipat daripada suhu di luar apabila suhu di luar sekitar 30° C, maka di dalam Solar Dryer Dome dapat mencapai 60° C,” kata Sugiarto Romeli selaku PC Unit Head dari PT Impack Pratama Industri Tbk. saat menghadiri acara Paparan Inovasi Pangan dan Pertanian dari Australia dan Jerman di Dryer Dome sendiri adalah hasil inovasi Serm Janjai yang dijalankan oleh Universitas Silpakorn, Thailand. Covestro, merupakan perusahaan produsen plastik asal Jerman, yang bekerja sama dengan PT Impack Pratama Industri Solar Dryer DomeSpesifikasiDimensi800 x 600 x ±380 cmkapasitas400 – 500 kgStrukturCoverPolycarbonate 6 mm, 10 tahun warrantyRangkaBesi pipa dan besi hollow coating anti karatAksesorisDaya80 wattTegangan18 VArus Listrik3,44 AKipas/exhaust fan4 BuahTempat Pengering4 LajurMeja Besi P x L x T600 x 100 x 85 cmTray Kawat95 x 100 cmLantai Dasar / PondasiPlat lantai betonP 920 cm x L 720 cm x T 10 cmSloff kelilingP 8000 cm x L 600 cm x T 10 cmSpesifikasi Solar Dryer MiniSpesifikasiDimensi2000 x 2000 x 1250mmkapasitas40 kgStrukturCoverPolycarbonate 6 mm, 10 tahun warrantyRangkaBesi pipa dan besi hollow coating anti karatAksesorisDaya20 wattTegangan17 VArus Listrik1,4 AKipas/exhaust fan1 BuahTempat Pengering4 TrayTray960 x 960 x 10 cmInfo Pemesanan Solar Dryer Grosir MesinGrosir Mesin – Pusat Distributor Alat Dan Mesin Untuk Kebutuhan Usaha 10812 2222 9224 / 0812 2447 20878 3336 8884 / 0877 3424 Mesin Menyediakan Solar Dryer Dome yang dapat membantu anda dalam melakukan pengeringan hasil pertanian anda seperti cabai, jahe, pisang, rumput laut, tomat dan lain sebagainyaKami siap membantu anda dalam mengembangkan usaha anda. Kenapa Harus Kami ?Karena kami adalah perusahaan penyedia / pembuat alat – alat / mesin – mesin yang sangat mesin–mesin industri, pertanian, perikanan, peternakan, perkebunan, konstruksi, UMKM, dan lain lain. Mulai dari mesin sederhana hingga mesin-mesin industri berskala besar,kami memberikan layanan untuk anda memberikan training dalam mengoperasikan mesin – mesin dari itu kami juga bersedia memberikan konsultasi kepada anda pada saat anda bingung mau usaha apa ? Sedangkan anda punya modal untuk Mesin hanya memberikan mesin – mesin yang berkualitas untuk anda. Karena mesin-mesin kami diproduksi oleh tenaga ahli kami sendiri, dan sudah melewati Quality bisa anda coba sebelum anda bawa pulang. Sehingga pelanggan akan merasa puas dengan pelayanan kami, karena kepuasan pelanggan adalah prioritas Dryer Dome Di IndonesiaSolar Dryer Dome Pertama berdiri di Kabupaten Alor – Nusa Tenggara Timur, digunakan sebagai tempat pengeringan rumput program WeCare yang didukung oleh Covestro dan Martchaipoom, sebagai perwakilan ahli dari Silpakorn University, menjelaskan bagaimana alat ini bekerja; keuntungan penggunaan Solar Dryer Dome; dan cara perawatnya. Dalam penjelasannya, ia berkata bahwa tidak hanya masa pengeringan yang lebih cepat, rumput laut yang dihasilkan juga lebih bersih dan bobot yang susut pun lebih Dryer yang kedua berdiri di Kabupaten Kendal – Jawa Tengah. Solar Dryer Dome ke dua berdiri pada bulan Maret 2017 yang lalu di Desa Boja-Kebon Agung, Kendal, Jawa Tengah. Desa kecil yang terletak sekitar 50km dari ini didukung penuh oleh Impack Pratama dan Covestro. Pengurus Solar Dryer Dome terdiri dari 10 orang yang terdiri dari masyarakat setempat. Kini telah berhasil memproduksi sale pisang dan dalam kurun waktu sebulan dapat mengeringkan ± 800 kg pisang sale yang diproduksi di Desa Boja berhasil tembus hingga sekitaran wilayah Semarang kota dan Daerah Istimewa Dryer selanjutnya berdiri di Rumah Produksi Javara,di daerah Bekasi. Sebagai perusahaan yang membina dan mengekspor hasil olahannya yaitu produk pertanian di Indonesia,Javara mencoba mengolah hasil panen dengan menggunakan Solar kalinya, Javara mengeringkan produk cabai untuk olahan sambal yang rencana akan di ekspor hingga ke Dryer Dome Meningkatkan Hasil Produksi PetaniPenggunaan Solar Dryer Dome di tahapan pasca-panen bisa meningkatkan produksi petani hingga 45%.Head of Inclusive Business Asean, Covestro, Setafan Koch menjelaskan bahwa Solar Dryer bisa menggantikan metode pengeringan tradisional yang biasanya dilakukan di pinggir jalan atau Dryer adalah teknologi pengering produk hortikultura yang dibangun menggunakan lembar polikarbonat yang dilapisi dengan material penyaring sinar dalam ruang membuat proses pengeringan bebas dari kontaminasi debu, air hujan, dan cahaya ultraviolet yang menyebabkan 30%—50% hasil perkebunan kehilangan nilai ekonomis. Peralihan dari ke Solar Dryer dapat menaikan produksi perkebunan atau pertanian yang terjual hingga 45%.Suhu di dalam Solar Dryer dapat ditingkatkan hingga mencapai 200% lebih tinggi dari suhu di luar ruangan tanpa menggunakan listrik eksternal. Proses pengeringan di fasilitas ini hanya menghabiskan 3–4 hari dibandingkan proses tradisional yang bisa membutuhkan waktu menjelaskan bahwa dengan keunggulan tersebut dapat meningkatkan nilai jual produk hasil perkebunan ataupun pertanian karena lebih higienis,mengandung nutrisi lebih tinggi, lebih tahan lama, dan tidak menyebabkan warna produk Dryer sendiri adalah teknologi hasil inovasi Serm Janjai dari Universitas Silpakorn di Thailand. Covestro, perusahaan produsen plastik yang berasal Jerman,yang berkolaborasi dengan PT Impack Pratama Industri Tbk menyebarkan teknologi tersebut di Utama, Impack Pratama, Haryanto Tjiptohardjo mengatakan bahwa kolaborasi produksi, pemasaran, dan distribusi produk Solar Dryer Dome merupakan langkah awal Impack Pratama untuk mengembangkan pola bisnis menjelaskan bahwa bisnis inklusif adalah model bisnis yang memiliki tujuan memberikan kontribusi untuk masyarakat. Namun, tegasnya, bisnis inklusif tidak sama dengan tanggung jawab sosial perusahaan karena akan dikelola secara berkelanjutan dan tetap menghasilkan keuntungan bagi Dryer Untuk Mempercepat Pengeringan KopiApakah kalian termasuk pecinta kopi? Tahukah kalian bahwa setiap gelas kopi memiliki cerita unik masing-masing. Selain jenis jenisnya nya, setiap kopi berawal dari biji kopi yang dipetik dari perkebunan kopi dan diolah dengan berbagai metode yang petani kopi perlu melalui beberapa proses pasca panen sebelum akhirnya mendistribusikan biji kopi. Proses pasca panen dapat memberikan pengaruh yang cukup besar terhadap hasil akhir dari biji umumnya ada 2 jenis proses pasca panen kopi yang biasa dilakukan, yaitu proses pengolahan kopi secara basah atau kering. Ada beberapa perbedaan untuk pengolahan kopi basah dan kering, namun demikian keduanya akan tetap melalui proses penjemuran atau biasa disebut macam metode pengeringan kopi yang digunakan, mulai dari yang tradisional hingga modern, untuk mengoptimalkan hasil produksi kopi Pengeringan Biji KopiBiji kopi yang sudah dipetik dan dipanen dari perkebunan harus segera diolah. Menunda dalam pengolahan biji kopi akan dapat menyebabkan reaksi kimia yang dapat menurunkan kualitas biji kopi. Proses pengeringan pada tahap pengolahan umumnya dilakukan setelah melakukan proses sortasi atau pemilahan dan pencucian biji kopi,pengolahan kopi basahProses pengeringan menjadi salah satu tahap paling penting dalam proses produksi biji kopi. Hal ini memiliki tujuan yaitu mengurangi kadar air yang ada pada biji kopi hingga mencapai persentase 10%-12% sebelum diolah lebih kadar air tersebut merupakan standar yang sudah umum agar rasa biji kopi yang dihasilkan tetap stabil, tahan dari serangan jamur, dan tidak membusuk. Sayangnya, untuk memperoleh kadar air tersebut, petani kopi harus melakukan proses pengeringan lebih lanjut yang memakan waktu cukup karenanya,para petani pada saat ini lebih banyak memanfaatkan mesin alat pengering kopi sederhana. Bahan yang digunakan adalah kayu, triplek, alumunium foil, kipas portable, dan lampu. Meskipun demikian, penggunaan mesin masih membutuhkan biaya tambahan yang cukup mahal untuk pembayaran listrik setiap bulannyaUntuk mempercepat proses pengeringan kopi. Jika dibandingkan dengan proses pengeringan metode tradisional dan mesin,Maka Solar Dryer Dome akan membantu biji kopi memperoleh asupan sinar matahari secara lebih merata sehingga proses pengeringan lebih cepat dan Pengeringan Tradisional Dengan Solar DryerSebagai inovasi teknologi modern untuk pengeringan hasil pertanian, Solar Dryer sangat efektif untuk meningkatkan efisiensi waktu dan kualitas hasil produksi. Performanya sudah terbukti dan digunakan oleh para petani dengan berbagai jenis atau produk hortikultura seperti,pengeringan tomat, dan lain pengeringan dengan menggunakan oven rata-rata dapat bekerja lebih cepat. Meskipun demikian, metode pengeringan dengan suhu sangat tinggi membutuhkan penanganan yang lebih apabila diterapkan pada biji kopi. Memaksa biji kopi untuk kering lebih cepat akan membuat Anda kesulitan untuk melihat tingkat kelembaban secara akurat. Sehingga pada akhirnya, suhu dan panas yang berlebih justru akan mengurangi karakter dan cita rasa pada biji itu, jika menggunakan Solar Dryer Dome sebagai alat pengering kopi adalah merupakan pilihan yang sangat lapisan penyaring sinar Ultra Violet pada Solar Dryer dapat membantu mengurangi dan melindungi biji kopi dari bahaya sinar Ultra Violet yang Solar Dryer Dome Sebagai Alat kualitas produksiBanyak tantangan yang harus dihadapi oleh petani kopi salah satunya proses pengeringan dengan metode pengeringan tradisional adalah resiko penurunan kualitas dan cita rasa pada kopi yang dikeringkan dengan cara dijemur di luar ruangan akan mengalami kontak langsung dengan udara dan sinar matahari, sehingga resiko terkontaminasi debu dan hama akan menjadi lebih besar. Penurunan kualitas biji kopi kemudian akan mempengaruhi kualitas kopi sehingga harga jual akan lebih dengan Solar Dryer Dome? Teknologi Solar Dryer berbentuk kubah sehingga akan melindungi biji kopi dari kontaminasi debu dan kemampuannya menaikkan suhu hingga 100%, Solar Dryer Dome akan membantu menyebaran panas secara lebih merata. Dengan demikian biji kopi akan mencapai kadar air 10%-12% dan menghasilkan cita rasa yang baik dan alat yang sederhanaDengan performa dan kualitas yang ditawarkan, biaya konstruksi Solar Dryer Dome juga masih terbilang sangat terjangkau. Material dasar polycarbonate sangat mudah diperoleh dengan harga yang masih sangat ekonomis. Proses instalasinya pun juga cukup mudah dan tidak memerlukan biaya dibandingkan dengan alat pengering biji kopi yang berupa mesin, Solar Dryer Dome bisa dikatakan sebagai pilihan yang sangat mesin sebagai alat bantu proses pengeringan biji kopi akan memakan biaya perawatan yang sangat tinggi. Sementara itu, material polycarbonate sebagai konstruksi utama Solar Dryer Dome memiliki performa yang sangat baik dan tahan terhadap berbagai kondisi dan cuaca, sehingga tidak mudah waktu dan tenagaTahukah kalian bahwa salah satu faktor yang utama dalam proses pengeringan terletak pada kecepatan aliran udaranya? Oleh karena itu,maka Solar Dryer menjadi solusi yang sangat tepat bagi seluruh petani Indonesia. Kipas kecil pada Solar Dryer ini akan bekerja mengalirkan udara dari luar dengan suhu lebih tinggi melewati biji kopi,Sehingga biji akan cepat Kerja Solar Dryer DomeSecara prinsip cara kerja solar dryer adalah dengan mengaliri udara yang akan melewati solar collector sehingga udara yang dibawa akan memiliki suhu yang cukup tinggi yang selanjutnya akan melewati tempat bahan yang akan dikeringkan akan keluar beserta uap air yang dibawa melalui lubang-lubang aerasi. Prinsip perbedaan tekanan dan suhu udara yang biasanya digunakan oleh alat solar dryer tanpa bantuan kipas atau udara panas dihembuskan di atas bahan pangan yang basah, panas akan di­alirkan ke permukaan dan perbedaan tekanan udara akibat dari aliran panas akan mengeluarkan air dari ruang antar sel dan menguapkannyaKarakteristik dari bahan jenis polycabonate yang digunakan untuk menyerap panas matahari dan menyalurkannya ke dalam ruangan. Meski demikian, sinar ultra violet ditapis sehingga tidak merusak bahan atau komoditas pertanian yang sedang proses pengeringan ini, uap air akan naik secara perlahan karena berkurangnya kandungan air pada komoditas pertanian yang sedang melakukan proses exhaust akan menghisap udara dari dalam ruangan bersamaan dengan uap pengganti listrik , kipas exhaust menggunakan listrik dari panel tenaga surya yang sudah ada sehingga unit pengering ini benar-benar memanfaatkan energi panas matahari semaksimal mungkin.

HargaSolar Dryer Dome, Inovasi untuk Pengering Hasil Tani 2022. Harga Solar Dryer Dome merupakan inovasi pengeringan hasil pertanian yang digunakan beberapa produk hortikultura seperti cabai, jahe, rumput laut, pisang, atau tomat. Solar dryer adalah alat alternatif metode hasil produksi pertanian lebih hemat energi.
JAKARTA - Pengeringan banyak dilakukan pada olahan pertanian semisal produk hortikultura dengan cara mengurangi kandungan air. Tujuannya agar daya tahan produk hortikultura dapat terjaga lebih lama dengan kualitas yang baik. Pada umumnya petani maupun pelaku usaha pengolahan hasil hortikultura di Indonesia melakukan pengeringan mengandalkan sinar matahari. Meskipun metode ini murah namun produk yang dikeringkan seringkali mengalami kerusakan besar yang disebabkan oleh hujan, serangga, burung dan jamur. Indonesia terletak di garis khatulistiwa dengan radiasi matahari yang berlimpah sepanjang tahun. Penggunaan teknologi pengeringan matahari solar dryer dome dianggap sebagai solusi yang menjanjikan untuk masalah pengeringan. Di bawah Menteri Pertanian, Syahrul Yasin Limpo SYL, Kementerian Pertanian Kementan selalu berusaha merancang program yang berpihak kepada petani. Di mulai dari sisi hulu, pendampingan budidaya hingga pascapanen. Tercatat sejak 2019, Kementan memfasilitasi bangunan pengering solar dryer dome kepada pelaku usaha pengolahan yang selama ini masih menggunakan metode pengeringan tradisional, seperti pengeringan di lahan kosong, maupun di pinggir jalan dekat hunian petani. Tujuan pemberian bantuan ini supaya pelaku olahan hortikultura tidak lagi menghadapi tantangan kontaminasi dari debu, air hujan dan cahaya ultraviolet pada hasil olahannya. Direktur Pengolahan dan Pemasaran Hasil Hortikultura, Bambang Sugiharto mengingatkan petani dalam menghasilkan produk yang kering perlu menjaga kualitas dan higienitas produk. “Bantuan bangunan pengering tenaga matahari ini akan terus digenjot agar para petani/pelaku usaha hortikultura dapat menghasilkan produk yang berkualitas dan dapat dijual sampai ke luar negeri,” ujar Bambang. Dalam webinar Teknologi Pengolahan Hasil Hortikultura Sistem Pengeringan Dengan Tenaga Matahari Solar Dryer Dome yang dilaksanakan beberapa waktu lalu. Ditjen Hortikultura mengenalkan solar dryer dome berikut pemanfaatannya kepada para petani maupun pelaku usaha hortikultura. Dalam webinar ini Mentari Sanda menjelaskan, solar dryer dome merupakan pengeringan menggunakan tenaga matahari, bukan dengan tenaga listrik. Sistem pengeringannya menggunakan bahan polycarbonate yang mampu bertahan 10 hingga 30 tahun. "Solar dryer dome ini sangat membantu petani atau pelaku usaha karena proses pengeringannya lebih mudah,” ujar salah satu narasumber, Mentari Sanda. Petani, kata Mentari, disarankan untuk memasukkan produk ke dalam dome di pagi hari kemudian sinar matahari akan masuk dan terserap panasnya ke dalam dome. Lantai dome terbuat dari beton / semen sehingga suhu panasnya merata dan tidak bocor. “Keuntungan menggunakan dome dibanding pengeringan tradisional adalah pengeringan menjadi dua kali lebih cepat. Selain itu pada saat malam hari petani tidak perlu mengeluarkan produknya dari dome, produk menjadi lebih hygiene dan terhindar dari serangga,” lanjutnya. Petani hortikultura asal Karangasem – Bali, Pak Mandi menceritakan pengalamannya melakukan pengeringan menggunakan solar dryer dome. “Pengeringan dengan solar dryer dome sangat membantu sekali dalam mengeringkan cabai Bali, saya panen waktu mendung dan langsung dimasukkan ke dalam solar dryer dome, hasilnya cabai kering sampai bagian dalam, cabai tidak berjamur dan warna masih merah,” ujar Pak Mandi. Narasumber lain, Lisda S Damanik menuturkan Pak Mandi sangat senang terbantu dengan prasarana ini. “Dulunya beliau membutuhkan waktu 7-10 hari untuk mengeringkan cabai, itu pun ada yang busuk dan terbuang. Setelah menggunakan solar dryer dome pengeringan hanya butuh waktu kurang dari 5 hari dan dengan tingkat kekeringan 90-100%. Hasilnya bisa dimanfaatkan karena semua tidak ada yang busuk maupun terbuang.” Lisda juga menekankan bahwa polycarbonate pada solar dryer dome ini sangat berperan penting untuk menjaga mutu hasil hortikultura yang dikeringkan. “Keunggulan solar dryer dome ini umur produk lebih lama, aroma produk tetap kuat, rasa produk tidak hilang dan yang paling penting mutu berkualitas.” Peserta webinar ini memberikan banyak apresiasi kepada panitia penyelenggara, mulai dari petani, pelaku usaha hingga pakar akademisi. “Sebagai pelaku dan sedang merintis usaha pengolahan hortikultura, kegiatan ini sangat bermanfaat agar kita sebagai pelaku UMKM dalam mengeringkan hasil hortikultura tidak bergantung pada energi listrik. Kegiatan ini sangat menunjang aktivitas kami, semoga nanti ada kegiatan-kegiatan seperti ini berikutnya dan saya bisa bergantung,” ujar Dosen STIP-YAPI Bone, Andi. Sebagai penutup acara, Koordinator Pengolahan Hasil Hortikultura, Diah Ismayaningrum menekankan kepada para peserta webinar untuk selalu mengupayakan produk yang dihasilkan dalam keadaaan hygiene sewaktu melakukan pengeringan produk. “Sangat dianjurkan sekali agar mengeringkan dengan menggunakan solar dryer dome supaya bapak/ibu tidak perlu lagi menjemur hasil olahannya di lantai. Sesuai dengan kaidah Good Manufacturing Practices GMP bahwa dalam pengolahan produk hasil hortikultura harus food grade dan aman dikonsumsi sehingga ketika hasil panen tersebut diolah rasanya tidak banyak berubah dan warna tetap terlihat bagus,” ujar Diah. BACA JUGA Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Klik di Sini Polriungkap penyalahgunaan puluhan ton solar bersubsidi di Pati. Polri ungkap penyalahgunaan BBM solar bersubsidi di Pati dengan barang bukti 25 ton solar dan sejumlah mobil pengangkut solar. Seperti apa modusnya? Modus solar subsidi, modus permainan lama. 24/05/2022 13:42:00 Baca lebih lajut Solar dryer dome. Sumber FotoHumas Ditjen Hortikultura AGRONET - Pengeringan banyak dilakukan pada olahan pertanian semisal produk hortikultura dengan cara mengurangi kandungan air. Tujuannya agar daya tahan produk hortikultura dapat terjaga lebih lama dengan kualitas yang umumnya petani maupun pelaku usaha pengolahan hasil hortikultura di Indonesia melakukan pengeringan mengandalkan sinar matahari. Meskipun metode ini murah namun produk yang dikeringkan seringkali mengalami kerusakan besar yang disebabkan oleh hujan, serangga, burung, dan terletak di garis khatulistiwa dengan radiasi matahari yang berlimpah sepanjang tahun. Penggunaan teknologi pengeringan matahari solar dryer dome dianggap sebagai solusi yang menjanjikan untuk masalah pengeringan. Di bawah Menteri Pertanian, Syahrul Yasin Limpo SYL, Kementerian Pertanian Kementan selalu berusaha merancang program yang berpihak kepada petani. Di mulai dari sisi hulu, pendampingan budidaya, hingga pascapanen. BERITA TERKAIT Tercatat sejak 2019, Kementan memfasilitasi bangunan pengering solar dryer dome kepada pelaku usaha pengolahan yang selama ini masih menggunakan metode pengeringan tradisional, seperti pengeringan di lahan kosong, maupun di pinggir jalan dekat hunian petani. Tujuan pemberian bantuan ini supaya pelaku olahan hortikultura tidak lagi menghadapi tantangan kontaminasi dari debu, air hujan dan cahaya ultraviolet pada hasil olahannya. Direktur Pengolahan dan Pemasaran Hasil Hortikultura, Bambang Sugiharto mengingatkan petani dalam menghasilkan produk yang kering perlu menjaga kualitas dan higienitas produk.“Bantuan bangunan pengering tenaga matahari ini akan terus digenjot agar para petani/pelaku usaha hortikultura dapat menghasilkan produk yang berkualitas dan dapat dijual sampai ke luar negeri,” ujar Bambang. Dalam webinar Teknologi Pengolahan Hasil Hortikultura Sistem Pengeringan Dengan Tenaga Matahari Solar Dryer Dome yang dilaksanakan beberapa waktu lalu, Ditjen Hortikultura mengenalkan solar dryer dome berikut pemanfaatannya kepada para petani maupun pelaku usaha hortikultura. “Solar dryer dome merupakan pengeringan menggunakan tenaga matahari, bukan dengan tenaga listrik. Sistem pengeringannya menggunakan bahan polycarbonate yang mampu bertahan 10 hingga 30 tahun. Solar dryer dome ini sangat membantu petani / pelaku usaha karena proses pengeringannya lebih mudah,” ujar salah satu narasumber, Mentari kata Mentari, disarankan untuk memasukkan produk ke dalam dome di pagi hari kemudian sinar matahari akan masuk dan terserap panasnya ke dalam dome. Lantai dome terbuat dari beton/semen sehingga suhu panasnya merata dan tidak bocor. “Keuntungan menggunakan dome dibanding pengeringan tradisional adalah pengeringan menjadi dua kali lebih cepat. Selain itu pada saat malam hari petani tidak perlu mengeluarkan produknya dari dome, produk menjadi lebih hygiene dan terhindar dari serangga,” lanjutnya. Petani hortikultura asal Karangasem Bali, Mandi, menceritakan pengalamannya melakukan pengeringan menggunakan solar dryer dome. “Pengeringan dengan solar dryer dome sangat membantu sekali dalam mengeringkan cabai Bali. Saya panen waktu mendung dan langsung dimasukkan ke dalam solar dryer dome, hasilnya cabai kering sampai bagian dalam, cabai tidak berjamur dan warna masih merah,” ujar Pak Mandi. Narasumber lain, Lisda S Damanik, menuturkan petani Bali, Mandi, sangat senang terbantu dengan prasarana ini. “Dulunya beliau membutuhkan waktu 7-10 hari untuk mengeringkan cabai, itu pun ada yang busuk dan terbuang. Setelah menggunakan solar dryer dome pengeringan hanya butuh waktu kurang dari 5 hari dan dengan tingkat kekeringan 90-100%. Hasilnya bisa dimanfaatkan karena semua tidak ada yang busuk maupun terbuang," juga menekankan bahwa polycarbonate ada solar dryer dome ini sangat berperan penting untuk menjaga mutu hasil hortikultura yang dikeringkan. Keunggulan solar dryer home ini umur produk lebih lama, aroma produk tetap kuat, rasa produk tidak hilang dan yang paling penting mutu webinar ini memberikan banyak apresiasi kepada panitia penyelenggara, mulai dari petani, pelaku usaha hingga pakar akademisi. “Sebagai pelaku dan sedang merintis usaha pengolahan hortikultura, kegiatan ini sangat bermanfaat agar kita sebagai pelaku UMKM dalam mengeringkan hasil hortikultura tidak bergantung pada energi listrik. Kegiatan ini sangat menunjang aktivitas kami, semoga nanti ada kegiatan-kegiatan seperti ini berikutnya dan saya bisa bergantung,” ujar Dosen STIP-YAPI Bone, Andi. Sebagai penutup acara, Koordinator Pengolahan Hasil Hortikultura, Diah Ismayaningrum, menekankan kepada para peserta webinar untuk selalu mengupayakan produk yang dihasilkan dalam keadaaan hygiene sewaktu melakukan pengeringan produk. “Sangat dianjurkan sekali agar mengeringkan dengan menggunakan solar dryer dome supaya bapak/ibu tidak perlu lagi menjemur hasil olahannya di lantai. Sesuai dengan kaidah Good Manufacturing Practices GMP bahwa dalam pengolahan produk hasil hortikultura harus food grade dan aman dikonsumsi sehingga ketika hasil panen tersebut diolah rasanya tidak banyak berubah dan warna tetap terlihat bagus,” ujar Diah. 139 usPgBV.
  • xjb05ydfem.pages.dev/565
  • xjb05ydfem.pages.dev/908
  • xjb05ydfem.pages.dev/93
  • xjb05ydfem.pages.dev/143
  • xjb05ydfem.pages.dev/621
  • xjb05ydfem.pages.dev/745
  • xjb05ydfem.pages.dev/654
  • xjb05ydfem.pages.dev/690
  • xjb05ydfem.pages.dev/955
  • xjb05ydfem.pages.dev/995
  • xjb05ydfem.pages.dev/130
  • xjb05ydfem.pages.dev/861
  • xjb05ydfem.pages.dev/82
  • xjb05ydfem.pages.dev/728
  • xjb05ydfem.pages.dev/16
  • harga solar dryer dome